Sabtu, 17 Juni 2017

Strategi Pengembangan Agribisnis Sebagai Suatu Keniscayaan (Sektor Pertanian)

Nama: Humara Mahira
NPM: 23216324
Kelas: 1EB04
Dosen: Maulana Syarif Hidayatullah, SEI. MEI

            Assalamualaikum Wr. Wb. Hai semuanya kali ini saya akan berkesempatan untuk menganalisis Ekonomi Sektor Pertanian di Indonesia bagian strategi pengembangan agribisnis sebagai suatu keniscayaan, namun sebelum saya mengupas aspek tersebut saya akan memberikan pengetahuan umum tentang peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian.
Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
 Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa.
Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Sektor-sektor yang bergerak lewat pertanian.
Sektor pertanian terdiri atas:

Tanaman pangan
1. - Tanaman Palawija
Bi biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar).

Padi
Keanekaragaman budidaya:
-    - Padi gogo
-    - Padi rawa

Beberapa masalah dalam produksi palawija :
-   - Rendahnya produktivitas lahan.
-   - Rendahnya tingkat penggunaan lahan.
-   - Benih atau bibit masih bersifat lokal.
-   - Pengelolaan yang masih tradisional.
-   - Tingginya tingkat susutan pasca panen.

2.   Perkebunan
-    - Perkebunan rakyat.
-    - Perkebunan besar.

Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut berlangsung dualistis, yaitu :
- Diselenggarakan rakyat secara perorangan.
-  Diselenggarakan oleh perusahaan perkebunan (pemerintah atau swasta).

3.   Kehutanan
SUB SEKTOR KEHUTANAN
-          Penebangan kayu
-          Pengambilan hasil hutan lain
-          Perburuan
Hutan berdasarkan tata guna :
1.      Hutan lindung.
2.      Suaka alam dan hutan wisata.
3.      Hutan produksi terbatas.
4.      Hutan produksi tetap.
5.      Hutan produksi yang dapat dikonversi.

4.   Peternakan
BPS dalam melakukan perhitungan produksi pada sektor ini didasarkan pada :
–        - Data pemotongan.
–        - Selisih stok atau perubahan
–        - populasi.
–        - Ekspor netto.

5.  Perikanan
Faktor penyebab lambannya pertumbuhan sub sektor ini :
-  Sarana yang kurang memadai
-  Larangan mengoperasikan pukat harimau (trawl).
-  Adanya pencurian ikan secara besar-besaran oleh kapal asing tanpa berhasil ditangkap oleh satuan patroli pantai perairan Indonesia.
- Berkaitan dengan perikanan darat khususnya udang, yaitu rendahnya produktivitas lahan udang.

Strategi Pengembangan Agribisnis Sebagai Suatu Keniscayaan

·         Pendahuluan
Agribisnis sebagai sebuah sistem dan budaya baru mengelola basis sumber daya alam telah dikenal di Indonesia sejak akhir 1970-an. Namun, karena esensi utama suatu sistem agribisnis sebagai keterkaitan seluruh  komponen dan subsistem agribisnis, maka tidaklah mudah untuk merumuskan suatu strategi pengembangan yang ter integrasi, apalagi dengan faktor eksternal yang sukar sekali dikendalikan. Perumusan strategi pengembangan agribisnis menjadi tantangan tersendiri, walaupun segenap pejuang agribisnis telah meyakini sebagai suatu keniscayaan saja.

·         Esensi Sistem Agribisnis
Strategi pengembangan agribisnis bukan semata-mata persoalan manajemen bisnis di tingkat mikro, namum sangat berkait dengan formasi kebijakan di tingkat makro dan kemampuan mensiasati dan menemukan terobosan strategi di tingkat entrepreneur. Keterpaduan formasi makro-mikro ini amat diperlukan mengingat agribisnis adalah suatu rangkaian sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain, dari hulu sampai hilir. Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku hulu, proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usaha tani, aktivitas transformasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat (pergudangan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem pendukung lain seperti jasa, permodalan, perbankan, dan sebagainya. Memilah-milah suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada.
Sikap resmi pemerintah Indonesia tentang strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis adalah upaya sistemik yang dipandang ampuh untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain
a.       Menarik dan mendorong sektor pertanian
b.      Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh
c.       Menciptakan nilai tambah
d.      Meningkatkan penerimaan devisa
e.       Menciptakan lapangan kerja
f.       Memperbaiki pembagian pendapatan
Sedang beberapa faktor strategic yang terkait dengan keandalan tatanan agribisnis dan          agroindustri adalah
a.       Lingkungan strategik
b.      Tingkat permintaan
c.       Sumberdaya
d.      Ilmu dan teknologi
Dalam prespektif ketahanan pangan, Garis-garis besar Haluan Negara (GBHN) juga telah mengamanatkan pemerintah untuk melaksanakan “Pengembangan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan local, dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan, pada tingkat harga yang terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani”. Dari sini muncul strategi bahwa pengembangan ketahanan pangan perlu diupayakan melalui sistem dan usaha agribisnis di bidang pangan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

·        Karakter Komoditas Agribisnis
Beberapa karakteristik penting komoditas pertanian dan basis sumberdaya alam lain diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bersifat musiman. Komoditas agribisnis dihasilkan melalui proses biologis yang sangat bergantung pada iklim dan alam. Karakteristik tersebut menyebabkan volume produksi berfluktuasi antarmusim, terutama antara musim panen dan musim tanam (paceklik). Pada musim panen suplai produk melimpah, sehingga apabila apabila permintaan konstan, maka harga akan turun. Sedangkan pada musim tanam atau paceklik, suplai produk pertanian amat terbatas, sehingga pada tingkat permintaan yang konstan, harga akan melambung tinggi.
Kedua, mudah rusak.Komoditas agribisnis umumnya dihasilkan dalam bentuk segar yang siap untuk dikonsumsi dan/atau diolah lebih lanjut. Apabila tidak segera dikonsumsi, maka volume dan mutu produk akan cepat menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Akibatnya, nilai ekonomi komoditas agribisnis cepat anjlok, bahkan tidak berharga sama sekali, dan menjadi sumber kerugian terbesar bagi produsen (petani).
Ketiga, makan tempat atau amba.Komoditas agribisnis umumnya bermassa besar dan makan tempat alias amba, walaupun mungkin bobotnya ringan. Subsistem pemasaran dalam agribisnis amat bergantung pada kepiawaian pelaku ekonomi dalam mengelola karakteristik amba ini. Dalam subsistem agribisnis, aktivitas transportasi dan penyimpanan bahkan dapat menjadi amat krusial dalam menentukan tingkat kesejahteraan seluruh pelaku agribisnis. Apabila pelaku ekonomi tidak memiliki akses dan tidak mampu menggapai biaya-biaya dalam subsistem transportasi dan penyimpanan tersebut, maka aktivitas pemasaran menjadi tidak efisien dan tidak membawa manfaat bagi pengembangan agribisnis selanjutnya.
Keempat, amat beragam.Volume dan mutu komoditas agribisnis amat beragam antarwaktu dan antardaerah atau antarsentra produksi. Faktor genetic dan faktor lingkungan mungkin amat menonjolon dalam keberagaman tersebut. Akan tetapi, faktor penguasaan teknologi juga turut menentukan tingkat keberagaman volume dan mutu produk pertanian di beberapa tempat dan waktu tertentu. Karakteristik ini sangat menentukan besarnya biaya transaksi yang meliputi biaya informasi, biaya negosiasi, dan pengamanan kontrak. Semakin besar variabilitas dalam mutu dan produk, maka akan semakin mahal dan sukar terjangkau para pelaku ekonomi.
Kelima, transmisi harga rendah. Komoditas agribisnis memiliki elastisitas transmisi harga yang rendah dan kadang searah. Kenaikan harga komoditas agribisnis di tingkat konsumen tidak serta-merta dapat meningkatkan harga di tingkat petani produsen. Namun sebaliknya, penurunan harga di tingkat konsumen umumnya lebih cepat di transmisikan kepada harga ditingkat pertanian produsen.
Keenam, struktur pasar monopsonis. Komoditas agribisnis umumnya harus menghadapi struktur pasar yang monopsis dan jau dari prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat. Petani produsen senantiasa dihadapkan dengan kekuatan pembeli, yang terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang besar, yang cukup besar dan membentuk satu kekuasaan yang dapat “menentukan”harga beli. Ketidakmampuan petani produsen dan kepiawaian pelaku pemasaran lain dalam menguasai asset dan akses ekonomi dalam proses produksi dan pemasaran komoditas agribisnis merupakan salah satu faktor ekonomi yang terpenting.

·         Kesimpulan
Meskipun menurut para pejuang agribisnis telah meyakini bahwa strategi pengembangan agribisnis hanya suatu keniscayaan saja, hal ini dapat dipertimbangkan apabila para pelaku agribisnis dan petani mengerti arti berdaya saing, bahwa bahan pangan harus memenuhi kaidah-kaidah efisiensi, sehingga usaha agribisnis pangan mampu meningkatkan pendapatan petani/peternak/nelayan produsen, yang sekaligus juga terjangkau oleh konsumen. Dan juga para pelaku agribisnis dan petani harus memperhatikan betul tiap-tiap karakteristik komoditas agribisnis satu per satu agar dapat memajukan ekonomi Indonesia di sektor pertanian ini.

Daftar Pustaka:
Buku:
DR. Bustanul Arifin (2004); Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia; Penerbit buku Kompas, Jakarta.